expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Saturday, May 4, 2013

BATU KIJING

 mustika batu kijing buntet kecil yang diketemukan dalam tumpukan pasir sungai



Wednesday, May 1, 2013

BATU KIJING LUMUT BUNTET





batu kijing lumut buntet ini saya temukan di pinggir aliran air di curah yang sangat kecil dan tempatnya agak wingit dan disemak semaknya banyak ditemukan pelungsungan ular. batu kijing lumut yang satu ini sangat berbeda dengan batu kijing yang lain punya para si empu mustika, dari bentuk fisiknya mungkin sama dengan batu mustika kijing yang lain tapi yang ini agak besar dan tidak halus kebanyakan bentuk fisik batu mustika. batu kijing lumut buntet ini seperti batu biasa yang lainya kalau dipegang berat dan kasar tidak halus batunya agak berlumut meskipun begitu yang namanya batu bertuah atau disebut batu mustika tidak melihat dari fisiknya yang penting yoninya atau pilih tandingnya yang dilihat dan dirasakan. keistimewaan batu kijing lumut buntet yang satu ini kalau di celupkan ke dalam segelas air batu ini mengeluarkan gelembung gelembung kecil seperti bernafas dan hidup di dalam air, batu kijing lumut buntet ini sangat cocok dijadikan piandel atau sarana pagar usaha yang sedang dijalankan kalau ada yang minat dan cocok dan berjodoh akan saya lepas padanya tapi semua itu atas seizin dan kehendak allah yang maha perkasa dan mahasuci manusia hanya bisa bertawakal semua benda bertuah di alam semesta hanya perantara untuk manusia mendekatkan diri pada allah karena semua yang di muka bumi ini allah ciptakan agar manusia menyadari bagaimana kebesaran allah yang mahaesa lagi maha penyayang.

Saturday, April 27, 2013

mustika batu ampal bumi



batu ampal bumi ini ditemukan ditempat aliran sungai yang kecil atau orang desa memnyebutnya curah kata orang tua-tua dulu tempatnya anker atau wingit banyak berpenghuni mahluk ghoib. masih kata oarang tua desa di tempat curah yang wingit itu banyak sekali mustika bersemayam disitu dulu banyak oarang yang nyepi disitu untuk mendapatkan batu mustika entah itu batu mustika akik atau keris,kol buntet bahkan batu gilang hatinya batu dan juga batu ampal ini. batu ampal ini sebenarnya koleksi pribadi dan saya dapatkan 4 hari yang lalu di tempat yang wingit curah itu, dan tulisan ini hanya berbagi pengetahuan tentang benda bertuah ciptaan allah yang rohman rohim di alam semesta ini dengan anda sekalian kalau mungkin suatu hari nanti  ada yang cocok dengan batu ampal bumi ini akan saya lepas kalau memang benar-benar cocok atau berjodoh dengan orang lain.

Friday, March 29, 2013

CANDI JOLOTUNDO PEMANDIAN SANG RAJA KAHURIPAN AIRLANGGA

Candi Jolotundo terletek di lereng Gunung Penanggungan, tepatnya Desa Seloliman, Kecamatan Trawas. Jarak dari kota Surabaya + 55 km, dapat dicapai dengan kendaraan pribadi.
Keunikan petirtaan ini adalah debit airnya yang tidak pernah berkurang meskipun musim kemarau. Berdasarkan penelitian, kualitas airnya terbaik di dunia dan kandungan mineralnya sangat tinggi.
Candi Jolotundo merupakan bangunan petirtaan yang dibuat pada zaman Airlangga (kerajaan Kahuripan).
Di sekitar candi, disediakan pendopo dan gazebo untuk menikmati suasana sejuk dan nyaman. Kawasan Jolotundo juga dapat dijadikan titik awal menuju 17 candi lain yang tersebar di sepanjang jalur pendakian Gunung Penanggungan. Lebih kurang 1 km sebelum candi Jolotundo terdapat Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Seloliman.
 
 
 
SEJARAH CANDI JOLOTUNDO
Ada sejarah penting yang berhubungan dengan keberadaan Candi Jolotundo adalah angka 997 M yang dipahatkan di sebelah kanan tulisan Yenpeng kiri dinding belakang. Disitu juga terdapat tulisan di sudut tenggara.

Dalam sejarah diketahui bahwa Raja Udayana yang berasal dari Bali telah menikah dengan Putri Guna Priya Dharma dari Jawa. Dari perkawinan lahirlah Airlangga Tahun 991 M. Jadi tahun 997 M yang terdapat pada dinding merupakan pembuatan Petirtaan Jolotundo yang dipersiapkan Udayana.

Candi ini merupakan monumen cinta kasih Raja Udayana untuk menyambut kelahiran anaknya, Prabu Airlangga, yang dibangun 997 M. Sumber lain menyebutkan bahwa candi ini adalah tempat pertapaan Airlangga setelah mengundurkan diri dari singgasana dan diganti anaknya

Satu dari dua kolam mandi itu memang tempat mandi sekaligus berendam sang ratu. Sebuah kolam lainnya untuk sang raja. Dan hingga sekarang pembagian tempat berdasarkan gender tersebut masih berlaku bagi pengunjung.

Di dinding batu khas bangunan candi itu diberi petunjuk “Pria” di kolam mandi sebelah timur, dan “Wanita” di barat.
 
 
 TRADISI DI CANDI JOLOTUNDO
Karena Candi Jolotundo adalah pemandian ratu, maka banyak para pengalap berkah yang mandi di pemandian Jolotundo di zaman sekarang menginginkan kecantikan secantik ratu di jaman Majapahit.

Pengunjung yang bakal melakukan ritual inilah bertujuan untuk ngalap berkah. Berkah yang  diharapkan oleh ritualis wanita adalah untuk menambah kecantikan dan awet muda.

Khusus pada malam 1 Muharam atau 1 Suro tepat pada bulan purnama, Jolotundo dijejali pengunjung tapi yang paling populer dikalangan masyarakat setelah suroh mencari hari legi entah itu sabtu legi atau ahad legi. Sebagian besar untuk melakukan kegiatan ritual dan sebagian lain sekedar menikmati siraman purnama obyek wisata di tengah hutan rimba tersebut.
 

NAPAK TILAS WOTANMAS JEDONG DI KAKI GUNUG PENANGGUNGAN YANG BERUMUR 1000 TAHUN LEBIH

Sekilas Desa Wotanmas Jedong tak ubahnya seperti desa-desa  lainnya di lereng pegunungan pada umumnya. Namun siapa sangka desa yang terletak di kaki Gunung Penanggungan sebelah utara itu tercatat dalam prasasti kuno berusia lebih dari 1000 tahun. Ya, prasasti Kerajaan Mataram Hindu hingga Majapahit.

Desa Wotanmas Jedong terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto. Dari Kota Mojokerto sekitar 30 kilometer ke arah timur. Desa itu juga berada sekitar 2 km sebelah selatan Kawasan Industri Ngoro, yang terletak di kaki Gunung Penanggungan sebelah utara. Penemuan 12 prasasti di situs Jedong mengungkapkan keberadaan Desa Wotanmas Jedong sudah ada sejak zaman Mataram Kuno hingga masa Majapahit tapi ada sebagian penduduk ada yang bilang desa jedong ada sebelum zaman majapahit. Desa itu merupakan Desa Perdikan, yaitu desa yang bebas dari segala macam pajak maupun upeti, dengan nama yang berganti-ganti.  Setelah menapaki usia 1000 tahun lebih, Desa Wotanmas Jedong menghadapi problema klasik sebagaimana desa-desa di wilayah pegunungan pada khususnya, dan di Jawa Timur umumnya. Yakni, sarana dan prasarana yang tertinggal, seperti yang paling dirasakan kebutuhan air bersih di saat kemarau. Dulu desa jedong Jalannya berkelok-kelok dan menanjak masih banyak berupa jalan tanah dan gragal tapi sekarang desa ini maju pesat jalannya juga sekarang sudah diaspal dan rumah penduduknya bagus-bagus tidak seperti desa jedong 20 tahun yang lalu bahkan 1 abad yang lalu. Namun udara di desa itu terasa belum tersentuh polusi, meski berjarak 2 km dari kawasan industri Ngoro, Kab. Mojokerto. Udaranya sejuk dan segar.  Hampir tiap hari libur atau Minggu, desa itu dipenuhi orang-orang bersepeda dan sekedar rekreasi, khususnya di kompleks Situs Jedong. Sebagian besar warga Desa Wotanmas Jedong bertani dan mengelola tanah tadah hujan. Juga mengelola panen musiman, seperti kapuk, jagung,singkong dan mente. Sebagian warga yang lain mencari nafkah mengambil batu dan sirtu, yang lokasinya di perbatasan Desa Wotanmas Jedong dengan Kawasan Industri Ngoro.

Namun sejak adanya industri, kehidupan di Desa Wotanmas Jedong mengalami banyak perubahan dan membuat desa itu cukup berkembang.
Kades Wotanmas Jedong yang ketujuh, H. Winajat SH (41) mengakui keberadaan kawasan Industri Ngoro dapat menekan angka pengangguran di desanya. Meski berhimpitan dengan kawasan industri, kehidupan beragama masyarakat cukup tinggi. Masjid Sirojuddin cukup besar dan berdiri megah. Masjid itu dibangun warga desa seeara swadaya. “Kepedulian warga membangun tempat peribadatan di sini cukup tinggi. Untuk hal-hal yang begitu tidak pemah minta bantuan pihak luar,” kata Mohamad Soliyan (36), warga Desa Wotanmas Jedong, sekuriti sebuah pabrik gitar listrik ternama di Ngoro Industri. Hanya saja Kades Winajat mengkritisi keberadaan peninggalan purbakala (Situs Candi Jedong) kurang memberikan kontribusi terhadap warga desa. Salah satu penyebabnya, situs tersebut kurang dirasakan manfaatnya karena tidak didukung fasilitas penunjang lainnya. Dulu di seberang Candi Jedong ada kolam renang, namun sekarang dalam terlantar dan tidak terawat. “Aset desa di sebelah candi tidak bisa dimanfaatkan untuk pemandian gara-gara keterbatasan penyediaan air,” ujar Winajat.

Hal itu karena air dari Sumber Goa yang berjarak sekitar 100 meter dari Candi Jedong hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga. Untuk kebutuhan lainnya, misalnya untuk mengisi pemandian, harus dieari sumber lain. “Dulu kolam renang bisa berjalan, karena air tersedia dan penduduknya belum banyak. Sekarang jumlah penduduk bertambah, sedang debit air berkurang,” kata Winajat.

Upaya menambah pemenuhan kebutuhan air sudah pernah dilakukan, dengan melakukan empat kali pengeboran tanah, tetapi tidak berhasil. Padahal dana dari Dinas PU Bina Marga Kabupaten Rp400 juta. Menurut Winajat, yang menajat, yang memungkinkan mengambil air dari Jolotundo yang berada di atasnya. Namun terkendala biaya yang besar, karena jaraknya lebih dari 10 km. Winajat berharap ada bantuan dari pemerintah untuk menambah kebutuhan air desanya. Kalau air di desanya kecukupan manfaatnya luas. Ia ingin kolam renang yang selama ini terlantar direnovasi sebagaimana sarana rekreasi warga di sekitarnya, sekaligus sebagai obyek wisata desa yang dapat meningkatkan pemasukan kas desa.

Sementara itu, keberadaan Ngoro Industri cukup membantu penyediaan lapangan kerja. Sekitar 20% penduduk Desa Wotanmas Jedong menjadi pekerja pabrik. “Rata-rata di bagian produksi. Untuk posisi-posisi staf masih minim sekali, karena rata-rata cuma lulusan SD atau SMP,” kata Soliyan. Namun Soliyan menolak anggapan kondisi perekonomian masyarakat dikatakan miskin. Justru persoalannya adalah tranportasi hingga mempengaruhi tingkat pendidikan warga desa. Sebab setelah lulus SD atau Madrasah, anak-anak tak melanjutkan sekolah, karena transportasi sulit. Belum ada jalur MPU (mobil penumpang umum) yang masuk dan ojek mahal Bagi warga yang tidak mampu, memilih tidak meneruskan sekolah setelah siswa lulus sekolah dasar. Soliyan mencontohkan anak bungsunya yang sekolah di sebuah SMP di Desa Sedati, Kec. Ngorok, yang jaraknya sekitar 7 Km. Setiap hari harus pulang dan pergi dengan ojek Rp7.000. Ia pun berharap, bila pemandian di dekat candi beroperasi diharapkan ada jalur MPU masuk sampai Candi Jedong dan Air Terjun Sabrangan.


Candi Jedong : Jejak Kejayaan Airlangga di Lereng Penanggungan 

Gunung Penanggungan adalah gunung suci. Gunung Penanggungan adalah swargaloka yang ada di tanah Jawa. Keberadaannya ibarat Kahyangan  bagi Para Dewata yang ada di gunug tersebut. Gunung Penanggungan disamping eksotis juga memiliki sumber air yang menyehatkan yang ada di lerengnya. Selain itu Penanggungan juga memiliki banyak candi di lerengnya. Ada kisaran 83 yang ada baik terawat dan tidak terawat dengan baik. Menurut sejarahnya disana adalah pusat pemerintahan kerajaan Kahuripan masa lalu. Jedong Sendiri sudah ada sejak tahun 900 M. Jika dihitung sampai saat ini usia Desa Jedong sudah 1000 tahun lebih lamanya.bhkan ada cerita asli dari rakyat jedong bahwa dulu yang membangun candi pasetran jedong adalah sungging bersaudara yang sakti adalah kakaknya dan adiknya tidak begitu sakti dia iri pada kakaknya terus kakanya dibuang dengan layang-layang adiknya berujar kalau tidak sampai dinegri cina layang-layang itu tidak akan turun.


 

SALAM SEJAHTERA BAGI SELURUH PENDUDUK WOTANMAS JEDONG DARI AHLAN ROFIQ PUTRA ASLI WOTANMAS JEDONG

kerajaan kahuripan raja airlangga


Airlangga (Bali, 990 - Belahan, 1049) atau sering pula ditulis Erlangga, adalah pendiri Kerajaan Kahuripan, yang memerintah 1009-1042 dengan gelar abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa. Sebagai seorang raja, ia memerintahkan Mpu Kanwa untuk mengubah Kakawin Arjunawiwaha yang menggambarkan keberhasilannya dalam peperangan. Di akhir masa pemerintahannya, kerajaannya dibelah dua menjadi Kerajaan Kadiri dan Kerajaan Janggala bagi kedua putranya. Nama Airlangga sampai saat ini masih terkenal dalam berbagai cerita rakyat, dan sering diabadikan di berbagai tempat di Indonesia.



Nama Airlangga berarti "Air yang melompat". Ia lahir tahun 990. Ayahnya bernama Udayana, raja Kerajaan Bedahulu dari Wangsa Warmadewa. Ibunya bernama Mahendradatta, seorang putri Wangsa Isyana dari Kerajaan Medang. Waktu itu Medang menjadi kerajaan yang cukup kuat, bahkan mengadakan penaklukan ke Bali, mendirikan koloni di Kalimantan Barat, serta mengadakan serangan ke Sriwijaya.

Airlangga memiliki dua orang adik, yaitu Marakata (menjadi raja Bali sepeninggal ayah mereka) dan Anak Wungsu (naik takhta sepeninggal Marakata). Dalam berbagai prasasti yang dikeluarkannya, Airlangga mengakui sebagai keturunan dari Mpu Sindok dari Wangsa Isyana dari kerajaan Medang Mataram di Jawa Tengah.



Airlangga menikah dengan putri pamannya yaitu Dharmawangsa Teguh (saudara Mahendradatta) di Watan, ibu kota Kerajaan Medang (sekarang sekitar Maospati, Magetan, Jawa Timur). Ketika pesta pernikahan sedang berlangsung, tiba-tiba kota Watan diserbu Raja Wurawari yang berasal dari Lwaram (sekarang desa Ngloram, Cepu, Blora), yang merupakan sekutu Kerajaan Sriwijaya. Kejadian tersebut tercatat dalam prasasti Pucangan (atau Calcutta Stone). Pembacaan Kern atas prasasti tersebut, yang juga dikuatkan oleh de Casparis, menyebutkan bahwa penyerangan tersebut terjadi tahun 928 Saka, atau sekitar 1006/7

Dalam serangan itu, Dharmawangsa Teguh tewas, sedangkan Airlangga lolos ke hutan pegunungan (wanagiri) ditemani pembantunya yang bernama Mpu Narotama. Saat itu ia berusia 16 tahun, dan mulai menjalani hidup sebagai pertapa. Salah satu bukti petilasan Airlangga sewaktu dalam pelarian dapat dijumpai di Sendang Made, Kudu, Jombang, Jawa Timur.

Setelah tiga tahun hidup di hutan, Airlangga didatangi utusan rakyat yang memintanya supaya membangun kembali Kerajaan Medang. Mengingat kota Watan sudah hancur, Airlangga pun membangun ibu kota baru bernama Watan Mas (sekarang menjadi desa wotanmas jedong di kecamatan ngoro kabupaten mojokerto) di dekat Gunung Penanggungan. Ketika Airlangga naik takhta tahun 1009 itu, wilayah kerajaannya hanya meliputi daerah Sidoarjo dan Pasuruan saja, karena sepeninggal Dharmawangsa Teguh, banyak daerah bawahan yang melepaskan diri.

Pada tahun 1023, Kerajaan Sriwijaya yang merupakan musuh besar Wangsa Isyana dikalahkan Rajendra Coladewa raja Colamandala dari India. Hal ini membuat Airlangga lebih leluasa mempersiapkan diri untuk menaklukkan pulau Jawa.

Sejak tahun 1025, Airlangga memperluas kekuasaan dan pengaruhnya seiring dengan melemahnya Sriwijaya. Mula-mula yang dilakukan Airlangga adalah menyusun kekuatan untuk menegakkan kembali kekuasaan Wangsa Isyana atas pulau Jawa. Namun awalnya tidak berjalan dengan baik, karena menurut prasasti Terep (1032), Watan Mas kemudian direbut musuh, sehingga Airlangga melarikan diri ke desa Patakan. Berdasarkan prasasti Kamalagyan (1037), ibu kota kerajaan sudah pindah ke Kahuripan (daerah Sidoarjo sekarang).

Airlangga pertama-tama mengalahkan Raja Hasin. Pada tahun 1030 Airlangga mengalahkan Wisnuprabhawa raja Wuratan, Wijayawarma raja Wengker, kemudian Panuda raja Lewa. Pada tahun 1031 putra Panuda mencoba membalas dendam namun dapat dikalahkan oleh Airlangga. Ibu kota Lewa dihancurkan pula. Pada tahun 1032 seorang raja wanita dari daerah Tulungagung sekarang berhasil mengalahkan Airlangga. Istana Watan Mas dihancurkannya. Airlangga terpaksa melarikan diri ke desa Patakan ditemani Mapanji Tumanggala, dan membangun ibu kota baru di Kahuripan. Raja wanita pada akhirnya dapat dikalahkannya. Dalam tahun 1032 itu pula Airlangga dan Mpu Narotama mengalahkan Raja Wurawari, membalaskan dendam Wangsa Isyana. Terakhir tahun 1035, Airlangga menumpas pemberontakan Wijayawarma raja Wengker yang pernah ditaklukannya dulu. Wijayawarma melarikan diri dari kota Tapa namun kemudian mati dibunuh rakyatnya sendiri.

Kerajaan yang baru dengan pusatnya di Kahuripan, Sidoarjo ini, wilayahnya membentang dari Pasuruan di timur hingga Madiun di barat. Pantai utara Jawa, terutama Surabaya dan Tuban, menjadi pusat perdagangan yang penting untuk pertama kalinya. Airlangga naik tahta dengan gelar abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa. Airlangga juga memperluas wilayah kerajaan hingga ke Jawa Tengah, bahkan pengaruh kekuasaannya diakui sampai ke Bali. Menurut prasasti Pamwatan (1042), pusat kerajaan kemudian pindah ke Daha (daerah Kediri sekarang).

Setelah keadaan aman, Airlangga mulai mengadakan pembangunan-pembangunan demi kesejahteraan rakyatnya. Pembangunan yang dicatat dalam prasasti-prasasti peninggalannya antara lain.

    Membangun Sri Wijaya Asrama tahun 1036.
    Membangun bendungan Waringin Sapta tahun 1037 untuk mencegah banjir musiman.
    Memperbaiki pelabuhan Hujung Galuh, yang letaknya di muara Kali Brantas, dekat Surabaya
    sekarang.
    Membangun jalan-jalan yang menghubungkan daerah pesisir ke pusat kerajaan.
    Meresmikan pertapaan Gunung Pucangan tahun 1041.
    Memindahkan ibu kota dari Kahuripan ke Daha.

Ketika itu, Airlangga dikenal atas toleransi beragamanya, yaitu sebagai pelindung agama Hindu Syiwa dan Buddha.

Airlangga juga menaruh perhatian terhadap seni sastra. Tahun 1035 Mpu Kanwa menulis Arjuna Wiwaha yang diadaptasi dari epik Mahabharata. Kitab tersebut menceritakan perjuangan Arjuna mengalahkan Niwatakawaca, sebagai kiasan Airlangga mengalahkan Wurawari
Pada tahun 1042 Airlangga turun takhta menjadi pendeta. Menurut Serat Calon Arang ia kemudian bergelar Resi Erlangga Jatiningrat, sedangkan menurut Babad Tanah Jawi ia bergelar Resi Gentayu. Namun yang paling dapat dipercaya adalah prasasti Gandhakuti (1042) yang menyebut gelar kependetaan Airlangga adalah Resi Aji Paduka Mpungku Sang Pinaka Catraning Bhuwana.

Berdasarkan cerita rakyat, putri mahkota Airlangga menolak menjadi raja dan memilih hidup sebagai pertapa bernama Dewi Kili Suci. Nama asli putri tersebut dalam prasasti Cane (1021) sampai prasasti Turun Hyang (1035) adalah Sanggramawijaya Tunggadewi. Menurut Serat Calon Arang, Airlangga kemudian bingung memilih pengganti karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Mengingat dirinya juga putra raja Bali, maka ia pun berniat menempatkan salah satu putranya di pulau itu. Gurunya yang bernama Mpu Bharada berangkat ke Bali mengajukan niat tersebut namun mengalami kegagalan. Fakta sejarah menunjukkan Udayana digantikan putra keduanya yang bernama Marakata sebagai raja Bali, dan Marakata kemudian digantikan adik yang lain yaitu Anak Wungsu.

Airlangga lalu membagi dua wilayah kerajaannya. Mpu Bharada ditugasi menetapkan perbatasan antara bagian barat dan timur. Peristiwa pembelahan ini tercatat dalam Serat Calon Arang, Nagarakretagama, dan prasasti Turun Hyang II. Maka terciptalah dua kerajaan baru. Kerajaan barat disebut Kadiri berpusat di kota baru, yaitu Daha, diperintah oleh Sri Samarawijaya. Sedangkan kerajaan timur disebut Janggala berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan, diperintah oleh Mapanji Garasakan.

Dalam prasasti Pamwatan, 20 November 1042, Airlangga masih bergelar Maharaja, sedangkan dalam prasasti Gandhakuti, 24 November 1042, ia sudah bergelar Resi Aji Paduka Mpungku. Dengan demikian, peristiwa pembelahan kerajaan diperkirakan terjadi di antara kedua tanggal tersebut.
Tidak diketahui dengan pasti kapan Airlangga meninggal. Prasasti Sumengka (1059) peninggalan Kerajaan Janggala hanya menyebutkan, Resi Aji Paduka Mpungku dimakamkan di tirtha atau pemandian. Kolam pemandian yang paling sesuai dengan berita prasasti Sumengka adalah Candi Belahan di lereng Gunung Penanggungan. Pada kolam tersebut ditemukan arca Wisnu disertai dua dewi. Berdasarkan prasasti Pucangan (1041) diketahui Airlangga adalah penganut Hindu Wisnu yang taat. Maka, ketiga patung tersebut dapat diperkirakan sebagai lambang Airlangga dengan dua istrinya, yaitu ibu Sri Samarawijaya dan ibu Mapanji Garasakan.

Pada Candi Belahan ditemukan angka tahun 1049. Tidak diketahui dengan pasti apakah tahun itu adalah tahun kematian Airlangga, ataukah tahun pembangunan candi pemandian tersebut.
Nama kerajaan yang didirikan Airlangga pada umumnya lazim disebut Kerajaan Kahuripan. Padahal sesungguhnya, Kahuripan hanyalah salah satu nama ibu kota kerajaan yang pernah dipimpin Airlangga. Berita ini sesuai dengan naskah Serat Calon Arang yang menyebut Airlangga sebagai raja Daha. Bahkan, Nagarakretagama juga menyebut Airlangga sebagai raja Panjalu yang berpusat di Daha.










Wednesday, March 20, 2013

buyer yang datang ke tempat anda bukan anda yang datang ke tempat buyer

Mungkin istilah diatas sangat terkenal di dunia pecinta benda pusaka antik ada yang menamakn dirinya mediator atau buyer. ada kalanya buyer yang minta uang undangan untuk melihat barang si pemilik dan ada juga yang memerintahkan si pemilik barang antar barangnya sendiri ke tempat buyer dan nanti biayanya diganti. dari sinilah ada yang salah dari teransaksi benda pusaka antik ini kalau diterapkan atau mengikuti aturan-aturan main yang ditetapkan si mediator dan si buyer ini pasti 100% semuanya gagal dan tidak terjadi hasil transaksi yang diinginkan, nanti pasti ada alasannya yang ini yang itulah dan yang menanggung kerugian pasti si pemilik barang maka dari itu melalui tulisan saya ini saya mau tekankan pada si pemilik barang dimanapun anda berada jangan sampai mengikuti aturan yang begitu karena sangat merugikan anda sebagai pemilik barang. ibarat orang yang mau melamar dan membawa maskawin semestinya datang kerumah yang mau dilamar mengapa harus terbalik yang mau dilamar malah datang kerumah yang mau melamar dan membawa mas kawin coba anda fikirkan sendiri itu benar atau salah?????.

mungkin kalimat berikut ini pengalam saya, saya pernah di sms sama orang malam-malam menanyakan pring petuk badir saya masih ada apa tidak saya jawab masih ada terus dia bilang mau memahari pring petuk saya dan saya jawab silahkan datang kerumah saya dan saya kasih alamat saya kalau anda cocok silahkan dimahari terus dia bilang antar barangnya ke solo jawa tengah nanti kalau asli saya bayar di tempat dan saya menjawab pertanyaanya mengapa harus saya yang datang ke tempat anda justru anda yang harus datang karena anda yang mau memahari kenapa saya pemilik barang yang harus datang ketempat anda. itulah salah satu pengalaman saya denga si mediator atau buyer benda pusaka, walaupun pring petuk saya dimahari misalnya 300M ini misalnya dan saya disuruh datang ke tempat buyer saya tetap tidak akan mau dan tidak akan datang bahkan nanti ongkos saya akan diganti saya tetap tidak akan datang. seperti di blog saya ini postingan saya mengenai pring petuk, saya menuliskan kata atau kalimat bagi para mediator dan buyer benda pusaka antik "kalau pring petuk saya dilem,dipaku dan palsu tidak alami saya akan ganti ongkos perjalanan anda kerumah saya tapi barang saya asli dari alam 100% asli bukan rekayasa dan saya tidak akan membayar sepeserpun untuk mengganti uang bensin perjalanan anda ke rumah saya"

itulah mengapa anda sekalian para pemilik barang harus mempunyai prinsip dalam memaharkan benda pusaka anda. satu lagi bagi anda semua pemilik benda pusaka kalau ada seorang mediator dan buyer datang ketempat anda jangan sampai anda membiarkan barang anda dibawah si mediator dan buyer pergi untuk dites kalau mau cek dan dites harus ditempat si pemilik barang kalau dibawah dan bilangnya nanti uangnya akan saya transfer melalu ATM/internet benking dari rumah saya jangan biarkan semua itu terjadi ingatlah kata para pembisnis dari madura "bede pesseh yot bede barang"  artinya kalau ada uang ya ada barang kalau si mediator dan sibuyer datang bawah uang cash itu bagus, kalau mereka bilang uangnnya mau diterasnfer ke rekening kita pastikan uangnya diteranfer dulu kalau sudah masuk rekening kita silahkan perbolehkan mediator dan buyer membawa barang anda. ingatlah jangan sampai anda sipemilik brang rugi kalau si mediatornya dan si buyernnya mbulet kata oarng jawa tulen langsung katakanlah maaf barang saya tidak saya maharkan kepada pemahar asal-asalan dan penipu kalau barang anda mau ditipu dan ada gelagat aneh simediator dan sibuyer langsung nggak usah banyak bacot laporlah polisi atau telpon kantor polisi terdekat di daerah anda.

SEMOGA POSTINGAN SAYA INI BERMANFAAT BAGI ANDA SEMUA KHUSUSNYA BUAT PEMILIK BENDA PUSAKA ANTIK SALAM SUKSES DAN SALAM PERSAHABATAN DARI SAYA

Friday, March 15, 2013

pring pethuk patil lele

 pring pethuk dan patil lele yang jadi satu tangkai ini asli dari alamnya memang begitu  bukan rekayasa kreasi dari tangan jahil manusia atau di lem dipaku atau lain sebagainya silahkan lihat gambarnya dengan seksama dengan ketelitian yang tinggi saya jamin bendi ini asli 100% dari alam tanpa rekayasa sedikitpun pring ini saya dapatkan satu tahun yang lalu kalau anda sekalian ahli benda pusaka atau kolektor benda pusaka antik anda sekalian bisa langsung tahu ini palsu atau asli tapi sekali lagi saya jamin benda ini keasliannya 100%  asli dari alam liar




Tuesday, March 12, 2013

pring pethuk senopati asli umur puluhan tahun

pring pethuk senopati asli umur puluhan tahun di maharkan bagi anda semua yang memang benar benar sangat membutuhkan bukan rekayasa dilem dipaku atau lain sebagainya  silahkan lihat langsung ke TKP atau hubungi saya di contact person di laman blog saya ini kalau menurut anda pring pethuk punya saya ini palsu saya akan ganti biaya perjalanan anda kerumah saya tapi pring pethuk senopati saya asli 100% dan saya tidak akan mengganti uang perjalanan anda kerumah saya karena barang saya asli dari alam tidak ada yang berubah bentuknya asli memang begitu bentuknya.

NB  melayani pemahar yang benar benar serius dan sangat membutuhkan bukan pemahar asal asalan atau penipu khusus penipu saya akan laporkan ke polisi.


DIMAHARKAN 2.000.000.000

Friday, March 8, 2013

kayu wonglen bertuah

Yang dianggap bertuah yang berasal dari bekas kerangka makan Sultan Agung Anyokrokusumo dan makam Pakubuwanan. Diyakini memiliki tuah memacu keberanian, kewibawaan dan keselamatan bahkan pengobatan. Rendaman kayu ini bisa untuk obat perut. Kayu wonglen yang beredar sekarang sama sekali tidak mirip dengan kayu ulin yang banyak didatangkan dari Kalimantan. Menurut keterangan KRT Reksowinoto, kepala juru kunci reh Kraton Jogja, tahun 1986 rumah makam utama (Prabayaksa) Pakubuwanan direstorasi, kayu usuk sebanyak 30 batang yang sudah melengkung atau rusak diganti dan diberikan kepada abdi dalem dan juru kunci, kayu ini disebut wunglen (mungkin dari nama ulin). Menurut penelitian mirip Sono Kembang atau yang sejenis seperti Padauk yang diimpor dari Myanmar dan Cendana Jenggi dari Afrika. Dua kayu terakhir memang kayu unggul dan berharga mahal pada sat rumah makam tersebut dibangun pada sekitar akhir abad 17. Semua kayu tersebut mempunyai sifat mengeluarkan zat merah bila direndam. Kayu wonglen dipercaya mempunyai khasiat yang diperlukan bila seseorang memegang jabatan, namun tidak ada halangan dimiliki orang biasa, hanya saja diharapkan bisa menahan emosinya. Pantangan : jangan dilangkahi atau ditaruh ditempat bawah/rendah, jika sedang buang hajat lepaskan dulu cincin dengan kayu ini dan jangan sekali kali digunakan memukul orang, bisa berakibat fatal.